Welcome To My Blog !

Jumat, 19 Februari 2010

KASIH SAYANG YES, VALENTINE NO

Realita remaja dengan segala karakternya ternyata menjadi sumber masalah juga. Salah satu kata yang mungkin paling populer di dunia ini adalah 'cinta'. Banyak cerita dan kisah seputar cinta dari yang biasa saja, cinta monyet, sampai yang mengharu-biru dan menjadi legenda seperti kisah cinta di balik pembuatan Taj Mahal. Para pujangga dengan rangkaian kata-kata yang diuntai sedemikian indahnya telah berusaha mendefinisikan arti kata cinta. Tetapi, tetap saja, makna 'cinta' terlalu luas dan dalam untuk diterjemahkan ke dalam kata-kata.

Bulan Februari ini, tidak sedikit anak muda juga para pelajar yang ikut-ikutan merayakan Valentine's Day yang notabene bukan tradisi dalam Islam. Perayaan valentine's day yang dimaksudkan untuk mengenang jasa seorang pendeta Nasrani pada abad ke-4 karena telah mempersatukan dua anak muda yang saling mencintai ini sudah masuk dan diadopsi masyarakat Indonesia secara luas. Kebiasaan merayakan hari 'kasih sayang' ini begitu saja ditiru tanpa mengetahui latar belakang sejarah di baliknya.

Banyak remaja yang mengaku tidak mengetahui sejarah diperingatinya tanggal 14 Februari sebagai Valentine's Day. Kebanyakan mereka hanya ikut-ikutan merayakan bersama teman-temannya. Seperti yang dialami Selvi, 20 tahun, setiap tahun dia merayakan bersama pacar dan teman-temannya. Makna valentine's day sendiri tidak begitu penting baginya. Hanya bagi Selvi dan pacarnya, everyday is valentine's day.

“Biasanya kita cuma makan-makan bareng teman sama tukaran kado juga cokelat. Kalau momen valentin saya nggak merasa penting banget si. Kasih sayang kan nggak cukup setahun sekali. Masak harus nunggu satu tahun untuk mengungkapkan rasa sayang,” ujarnya.

Senada dengan Selvi, Nika, 20 tahun, juga menganggap tidak ada yang spesial dengan Valentine's Day. Menurutnya itu hanya ikut-ikutan budaya Barat. “Tidak penting. Saya pribadi tidak menganggapnya spesial. Kalau diajakin teman ya saya cuma ikutan saja,” ujar Nika yang mengaku pernah mendengar sejarah valentine's day.

Realita remaja dengan segala karakternya ternyata menjadi sumber masalah juga. Dalam pandangan Islam, konsep pergaulan atau hubungan dengan lawan jenis sudah diatur secara detail. Mbak Afifah Afra, Ketua FLP Jawa Tengah yang juga berkecimpung di dunia remaja, mengatakan batasannya sudah diatur dalam Islam, yaitu dengan ikatan pernikahan.

Tidak ada istilah pacaran dalam Islam jika diasosiasikan dengan hubungan antarlawan jenis. “Kalau sudah merasa siap, ya nikah saja. Cuma harus dilihat juga kesiapannya, karena bukan hanya fisiologis atau biologis saja tapi psikologis perlu diperhatikan,” jelasnya menanggapi banyaknya remaja yang ikut-ikutan tren berpacaran. Menurutnya budaya pacaran memang sudah sangat mengkhawatirkan. Sekarang seorang remaja akan dianggap kuper atau tidak gaul kalau tidak punya pacar. “Padahal Islam nggak menganjurkan.”

Perayaan valentine's day bagi remaja tentu saja menarik. Bagaimana tidak, seluruh media seakan mendukung dan ikut membesar-besarkan hari 'kasih sayang' ini. Acara TV, iklan, media cetak khususnya segmen remaja secara kompak mengangkat tema ini. Tidak berhenti di situ saja. Ternyata momen ini dimanfaatkan oleh para pengusaha untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya. Toko-toko besar dan mall pun tak kalah meriah mendesain lokasi belanja dengan nuansa full-valentine. Ada banyak simbol hati dngan segala bentuknya yang beraneka rupa.


Cinta Sebagai Pilar Ibadah

Cinta sendiri membuat orang susah untuk mendefinsikannya dengan kata-kata. Eni mengatakan cinta itu ya sayang, menurutnya ada perbedaan antara cinta dengan kasih sayang. Tapi bedanya apa, dia sendiri bingung menjelaskan karena cinta begitu luas. Yang jelas cinta kepada Allah swt. sebagai Tuhan Pemilik semesta itu wajib, begitu juga cinta kepada orang tua atau saudara-saudara.

“Cinta itu sesuatu yang mengiringi pertumbuhan manusia. Manusia lahir ke dunia karena cinta, begitu juga tumbuh besar perlu cinta. Manusia hidup tanpa cinta akan terasa hambar, malah bisa-bisa tidak tumbuh secara normal. Tetapi bagi remaja perlu diarahkan agar tidak menyimpang atau melebihi porsi yang seharusnya.”

Kemurnian cinta diibaratkan Mbak Afra seperti emas 24 karat. Cinta yang murni bersifat menumbuhkan, memberi inspirasi dan semangat bagi kehidupan seseorang. “Seperti halnya warna, cinta itu sebenarnya berwarna putih, tetapi karena ada polutan-polutan (kotoran – red) akhirnya menjadi abu-abu 10%, misalnya. Polutan dari cinta itu adalah nafsu atau syahwat. Dan ini wajar sangat manusiawi. Emas yang paling bagus untuk dibuat sebagai perhiasan adalah yang 22 karat, bukan 24 karat karena terlalu lunak untuk dibentuk. Itulah cinta, nafsu bisa memperindahnya sesuai kadarnya yang tepat. Jika cinta itu selalu 100% tentu semuanya akan terasa monoton dan sangat membosankan.”

Mbak Afra menyebut salah satu Ayat dalam Al-Qur'an untuk menjelaskan tentang fitrah cinta ini, yakni Surah Ali Imron Ayat 14. “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”

Pada akhirnya, cinta akan terasa manfaatnya secara maksimal tatkala menjadi landasan dalam beribadah kepada Sang Pencipta. Menurut Mbak Afra cinta termasuk salah satu pilar ibadah di samping dua lainnya, yaitu khauf (rasa takut) dan raja' (harapan). Tetapi jika cinta sudah menjadi landasan ibadah, “Masya Allah.”

Semoga Bermanfaat!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar