Welcome To My Blog !

Sabtu, 27 Februari 2010

Mendidik Anak Ala Luqmanul Hakim

Pendidikan anak merupakan kewajiban orang tua, baik ibu maupun bapak. Walaupun di dalam Al-Qur’an banyak merekam, bahwa kewajiban mendidik anak justru dari bapak. Seperti kisah Luqmanul Hakim. Ibu yang kesibukan banyak didalam rumah justru lebih memegang peranan yang sangat penting, yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Tapi bukan berarti pendidikan hanya dapat dilakukan ketika sang anak sudah bisa berbicara. Akan tetapi pendidikan dapat dilakukan ketika bertemunyua sperma dan ovum. Sebagaimana dikatakkan Prof. DR. Quraish Shihab, MA. “ Faktor pendidikan. Jangan menduga pendidikan ini hanya bisa dimulai saat bayi sudah bisa bicara. Yang benar adalah pendidikan dimulai sejak pertemuan sperna dan ovum”

Anak adalah dambaan, maka semua makhluk hidup menggantungkan harapan pada sang anak. Kalau pada manusia, kita menginginkan anak kita menjadi anak yang sholeh, dan bahkan lebih dari shaleh dari kita, yaitu sebagai qurrota a’yun (penyejuk mata). Ini dilukiskan QS. Al-A’raaf : 189 .

Dalam membesarkan dan mendidik anak, maka perlu digarisbawahi bahwa 2 faktor yang nantinya akan membentuk anak itu dan mempengaruhi perkembangan jiwa dan jasmaninya.

1. Faktor Keturunan.
Sering kita mendengar komentar “ Anak itu mirip bapak atau ibunya”. Karena itu jika ingin mendapatkan anak yang baik, maka pilih pasangan yang baik. Nabi sudah ingatkan : “Pilih-pilihlah tempat kamu menempatkan benihmu”. Kenapa ? Karena ada factor gen yang akan menurun kepada anak.

2. Faktor Pendidikan.
Jangan menduga pendidikan ini hanya bisa dimulai saat bayi sudah bisa bicara. Yang benar adalah pendidikan dimulai sejak pertemuan sperma dan ovum. Firman Allah SWT (QS. Al-Luqman, 31 : 13)
“ Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya : “ Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar – benar kezaliman yang besar “.
Ayat ini merupakan penggalan kisah tentang nasihat-nasihat Luqman kepada putranya. Karena ada kisah tersebut, surat ini dinamakan surat Luqman.

A.Siapa Luqmanul Hakim itu ?

1) Asal Usul Luqmanul Hakim
Para ulama berbeda pendapat mengenai siapa Luqmanul Hakim yang dimaksud dalam ayat ini. Sebagian Mufassir menyatakan, dia adalah cicit Azar (bapak Nabi Ibrahim AS). Sebagian berpendapat, dia adalah keponakan Ayyub dari bibinya. Adapun menurut Ibnu Katsir, ia adalah Luqman bin Anqa bin Sadun. Ia adalah anak dari seorang bapak yang Tsaaran. Hal ini terungkap dalam riwayat Ibnu Jarir bahwa seseorang yang berkulit hitam pernah mengadu kepada Sa’id bin Musayyib. Maka Sa’id menenangkannya dengan mengatakan : “Jangan engkau bersedih (berkecil hati) karena warna kulitmu hitam. Sesungguhnya terdapat tiga orang pilihan yang kesemuanya berkulit hitam, yaitu : Bilal, Mahja’ maula Umar bin Khathab dan Luqman Al-Hakim”. Menurut DR. Attabiq Luthfi, MA. “ Pengabadian kisah Luqman memang berbeda dengan pengabadian tokoh lain yang lebih komprehensif. Pengabadian Luqman hanya berkisar seputar nasehat dan petuahnya yang sangat layak dijadikan acuhan dalam mendidik anak secara Islami.” Para Musfassir juga berbeda pendapat tentang asal-usul, tempat tinggal, dan pekerjaannya. Tidak bisa dipastikan pendapat mana yang paling benar. Sebab, Al-Qur’an tidak merinci siapa sesungguhnya Luqman yang di maksud. Al-Qur’an hanya memberikan bahwa Luqman termasuk orang yang mendapat limpahan Al-Hikmah dari-Nya. Allah SWT berfirman : “ Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, Yaitu : “Bersyukurlah kepada Allah SWT, dan Barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan Barang siapa yang tidak bersyukur, Maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Lukman, 31:12).

2) Asal Daerah Luqmanul Hakim
Terlepas dari pro kontra siapa Luqman sesungguhnya, apakah ia seorang Nabi ataukah ia hanya seorang lelaki shalih yang diberi ilmu dan hikmah, yang jelas jumhur ulama lebih cenderung memilih pendapat yang mengatakan bahwa ia hanya seorang hamba yang shalih dan ahli hikmah, bukan seorang Nabi seperti yang dikatakan oleh sebagian ulama. Gelar Al-Hakim di akhir nama Luqman tentu gelar yang tepat untuknya sesuai dengan ucapannya, perbuatan dan sikapnya yang memang menunjukkan sikap yang bijaksana.

Yang menarik disini bahwa ternyata sosok Luqman bukanlah seorang yang terpandang atau memiliki pengaruh. Ia hanya seorang hamba Habasyah yang berkulit hitam dan tidak punya kedudukan sosial yang tinggi di masyarakat. Namun hikmah yang diterimanya menjadikan ucapannya dalam bentuk pesan dan nasehat yang layak untuk diikuti oleh seluruh orang tua tanpa terkecuali.

B.Luqmanul Hakim Diberi Hikmah
Secara bahasa, Al-Hikmah berarti ketepatan dalam ucapan dan amal. Menurut Ar-Raghib, al-hikmah berarti mengetahui perkara-perkara yang ada dan mengerjakan hal-hal yang baik. Menurut Mujahid, al-hikmah adalah pemahaman, akal, dan kebenaran dalam ucapan selain kenabian. Hikmah dari Allah SWT bisa berarti benar dalam keyakinan dan pandai dalam DIN dan akal. Jumhur ulama berpandangan bahwa dia seorang hamba yang shalih, bukan nabi. Kendati bukan nabi, Luqman juga menempati derajat paling tinggi. Sebab, manusia yang derajatnya paling tinggi adalah orang yang kamil fi nafsih wa mukmil li ghayrih, yakni orang yang dirinya telah sempurna sekaligus berusaha menyempurnakan orang lain. Kesempurnaan Luqman di tunjukkan dalam ayat sebelumnya, bahwa dia termasuk hamba Allah SWT yang mendapat hikmah dari-Nya. Adapun upayanya untuk membuat orang lain menjadi sempurna terlihat pada nasihat-nasihat yang disampaikan kepada putranya. Menurut Sayid Quthb, “ Rangkaian ayat-ayat berbicara tentang Luqman dan nasihatnya yang diawali dengan anugerah hikmah kepada Luqman di ayat 12 “.

C. Pesan-Pesan Luqman Kepada Anaknya

Tujuan Pendidikan ala Luqmanul Hakim, untuk membentuk insan kamil (manusia paripurna), antara lain :

1. Tidak Mensekutukan Allah SWT. (Aqidah)
Orang tua yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya dan keselamatan hidupnya di akhirat kelak, adalah orang tua yang mendidik anaknya dengan pendidikan tauhid. Yaitu, memurnikan segala amalnya hanya untuk Allah SWT, tanpa dicampuri dengan yang lain, Orang tua dalam mendidik anak sejak kecil, adalah mengenalkan anak akan siapa Tuhannya, siapa yang mencipta dan mengurusi alam semesta ini, mengerti siapa nabinya, dan mengerti apa agamanya, sehingga anak mengerti dan faham akan tugas hidup di dunia ini, yaitu beribadah kepada Allah SWT semata dengan cara mengikuti sunnah Rasul-Nya. Sebagaimana telah dipesankan oleh Nabi Ibrahim dan Ya’qub kepada anak-anaknya : “ Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan kepada anak-anaknya, demikian Ya’qub. (Ibrahim) berkata : “Hai anak-anakku ! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama islam”. (QS. Al-Baqarah, 2:132). Dan Wasiat Nabi Ya’qub kepada anak-anaknya sebelum beliau wafat : “Apa yang akan kamu ibadahi setelah sepeninggalku ? mereka menjawab : “ Kami akan mengibadahi Ilahmu dan Ilah nenek moyangmu, Ibrahim, Isma’il dan Ishaq, yaitu (Ilah) yang Maha Esa dan kami hanya tunduk dan patuh kepada-Nya”. (QS. Al-Baqarah, 2:133).

2. Pendidikan Ibadah
Termasuk dalam pendidikan ibadah ialah perintah melakukan salat (ayat 17). Menurut Luqman memerintahkan anaknya untuk melakukan salat dengan benar karena salat merupakan tiang agama. Perintah salat Luqman kepada anaknya menurut al-Baidawi untuk menyempurnakan masyarakatnya, dan perintah bersabar atas apa yang menimpa sebagai konsekwensi salat serta dakwah yang dilakukan.

3. Berbuat Baik Kepada Kedua Orang Tua (Akhlaq)
Pendidikan akhlaq personal kepada kedua orang tua (ayat 14-15). Tujuan pendidikan akhlaq kepada kedua orang tua ini sebagai realisasi syukur nikmat atas pendidikan yang sudah diberikan. Mendidik anak untuk berbuat baik kepada orang tua ditekankan dari sedini mungkin oleh Luqmanul Hakim kepada anak-anaknya, karena orang tua adalah yang menyebabkan mereka ada di dunia ini. Pesan ini Allah abadikan dalam firman-Nya :
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun”. (QS. Luqman : 14).

Pendidikan sopan santun hendaknya diajarkan mulai sejak dini, dari mulai sopan kepada kedua orang tua, berbakti kepadanya dan tidak durhaka kepadanya. Melihat kehidupan modern sekarang, banyak anak yang tidak mengerti sopan dan santun kepada orang tuanya, bahkan tidak sedikit yang mendurhakainya. Berani kepadanya dan melawan keduanya. Bahkan tidak sedikit anak yang memperbudak orang tuanya. Mendidik anak agar mengerti sopan santun dan beradab kepada orang tua sangat ditekankan dalam Islam.

4. Menanamkan Pada Diri Anak Akan Kasih Sayang Allah SWT.
Menanamkan pada diri anak akan kasih dan sayang Allah kepadanya merupakan pendidikan yang sangat baik dan mulia. Dengan itu anak akan merasa senang dan bahagia serta optimis dalam beribadah kepada-Nya, karena setiap amalan yang ditujukan kepada-Nya akan mendapat balasan dari-Nya. Yaitu balasan pahala Jannah.

“(Luqman berkata) : “ Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau langit atau dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkan-nya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. (QS. Luqman : 16)

5. Mengenalkan Anak Akan Kewajiban Dia Kepada Rabbnya.
Mengenalkan anak akan kewajiban yang harus ia tunaikan dalam kehidupannya sehari-hari. Seperti,sholat, shodaqah, amar ma’ruf-nahi mungkar, syukur dan sabar.

Sebagaimana Firman Allah : “ Hai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman : 17)

Ketika anak mengerti dan faham akan kewajiban yang harus ia tunaikan, maka dengan sendirinya ia akan melakukan amalan tersebut dengan baik dan dengan lapang hati.

6. Mengajarkan Sopan Santun Dan Rendah Hati Kepada Anak.
Akhlak adalah penghias diri seseorang. Ia akan dihormati dan dihargai karena akhlak mulianya, sementara ia akan dihina dan dilecehkan karena kesombongan dan akhlaknya yang tercela. Pesan Sopan Santun dan merendahkan hati telah dipesankan oleh Luqmanul Hakim kepada anaknya yang termaktub dalam firman Allah SWT : “ Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”. ( QS. Luqman : 18-19).

Orang akan dicintai karena akhlak dan ilmunya, bukan pangkat dan kekuasaannya. Karean pada hakekatnya kekuasaan hanyalah bersifat sementara. Akhlak yang mulia menjadi penghias diri seorang mukmin dan ia akan menjadi pakaian yang mulia. Orang tua yang bertanggung jawab akan pendidikan anaknya, maka ia akan selalu memperhatikan pendidikannya dari sejak lahir hingga baligh nanti. “Sibghoh Allah”. Dan siapakah yang lebih baik shibghohnya dari pada Allah ? Dan hanya kepada-Nya lah kami menyembah”. ( QS. Al-Baqarah, 2 : 138).

Semoga Bermanfaat !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar