Welcome To My Blog !

Kamis, 18 Februari 2010

Mengais Pahala di Akhir Ramadhan

A. Memaksimalkan Sepuluh Hari terakhir bulan Ramadhan

Dalam Ash-Shahihain disebutkan, dari Aisyah Radhiallahu’anha, ia berkata : “Bila masuk sepuluh (hari terakhir bulan Ramadhan Rasulullah SAW mengencangkan ikat pinggangnya menjauhkan diri dari menggauli istrinya), menghidupkan malamnya dan membangunkan Keluarganya.” Demikian ini lafazh Al-Bukhori.

Adapun lafazh Muslim berbunyi : “Menghidupkan malam(nya), membangunkan keluarganya, dan bersungguh-sungguh dalam sepuluh (hari) akhir (bulan Ramadhan), hal yang tidak beliau lakukan pada bulan lainnya”.

Diantara amalan yang dimaksud antara lain :

1.Menghidupkan Malam
Ini mengandung kemungkinan bahwa beliau menghidupkan seluruh malamnya, dan kemungkinan pula beliau menghidupkan sebagian besar daripadanya. Dalam Shahih Muslim dari Aisyah Radhiallahu ‘anha, ia berkata : “ Aku tidak pernah mengetahui Rasulullah SAW shalat malam hingga pagi “

2.Membangunkan Keluarga
Rasulullah SAW membangunkan keluarganya untuk shalat pada malam-malam sepuluh hari terakhir, sedang malam-malam yang lain tidak. At-Thabarani meriwauyatkan dari Ali Radhiallahu ‘anhu : “ Bahwasanya Rasulullah SAW membangunkan keluarganya pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, dan setiap anak kecil maupun orang tua yang mampu melakukan shalat ”.

Dalam Kitab Al-Muwaththa’ disebutkan dengan sanad shahih, bahwasanya Umar Radhiallahu ‘anhu melakukan shalat malam seperti yang dikehendaki Allah, sehingga apabila sampai pada pertengahan malam, ia membangunkan keluarganya untuk shalat dan mengatakan kepada mereka : “ Shalat! Shalat! “ Kemudian membaca ayat ini : “Dan diperintahkanlah keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya “. (QS. Thaha, 20:132).

3.Mengencangkan Ikat Pinggang
Bahwasanya Rasulullah SAW mengencangkan ikat pinggangnya. Maksudnya beliau menjauhkan diri dari menggauli istri-istrinya. Diriwayatkan bahwasannya beliau tidak kembali ketempat tidurnya sehingga bulan Ramadhan berlalu.

Dalam Hadits Anas Radhiallahu ‘anhu disebutkan :
“ Dan beliau melipat tempat tidurnya dan menjauhi istri-istrinya (tidak menggauli mereka). Rasulullah SAW ber’iktikaf pada malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Orang yang beri’tikaf tidak diperkenankan mendekati (menggauli) isterinya berdasarkan dalil dari nash serta ijma’. Dan “Mengencangkan ikat pinggang” ditafsirkan dengan bersungguh-sungguh dalam beribadah.

4.Mandi antara Maghrib dan Isya’
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Aisyah Radhiallahu ‘anha :
“ Rasulullah SAW jika bulan Ramadhan (seperti biasa) tidur dan bangun. Dan manakala memasuki sepuluh hari terakhir beliau mengencangkan ikat pinggangnya dan menjauhkan diri dari (menggauli) isteri-isterinya, serta mandi antara Maghrib dan Isya’.” Karena itu, dianjurkan pada malam-malam yang diharapkan di dalamnya turun Lailatul Qadar untuk membersihkan diri, menggunakan wewangian dan berhias dengan mandi (sebelumnya), dan berpakaian bagus seperti dianjurkannya hal tersebut pada waktu shalat Jum’at dan hari-hari raya.

5.Melakukan I’tikaf
Dalam Ash-Shahihain disebutkan, dari Aisyah Radhiallahu ‘anha :
“ Bahwasanya Rasulullah SAW senantiasa beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan, sehingga Allah mewafatkan beliau.” Nabi SAW melakukan I’tikaf pada sepuluh hari terakhir yang didalamnya dicari Lailatul Qadar untuk menghentikan berbagai kesibukannya, mengosongkan pikirannya dan untuk mengasingkan diri demi bermunajat kepada Allah SWT, berdzikir dan berdoa kepada-Nya.

6.Melaksanakan Umrah di bulan Ramadhan.
Umrah di bulan Ramadhan memiliki pahala yang amat besar, bahkan sama dengan pahala haji. Dalam Shahihnya, Imam Al-Bukhori meriwayatkan, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : “ Umrah di bulan Ramadhan menyamai haji, atau beliau bersabda, haji bersamaku”

Tetapi wajib diketahui, meskipun umrah di bulan Ramadhan berpahala menyamai haji, tetapi ia tidak bias menggugurkan kewajiban haji bagi orang yang wajib melakukannya.

Demikian pula halnya shalat di Masjidil Haram Makkah dan di Masjid Nabawi Madinah pahalanya dilipatgandakan, sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih : “Shalat di masjidku ini lebih baik dari seribu (kali) shalat di masjid-masjid lain, kecuali Masjidil Haram.” Dalam riwayat lain disebutkan : “ Sesungguhnya ia lebih utama.” ( HR, Al-Bukhari, Muslim dan lainnya)

B. Memburu Lailatul Qadar

Allah SWT memberitahukan bahwa Dia menurunkan Al-Qur’an pada malam Lailatul Qadar, yaitu malam yang penuh keberkahan. Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi.” (QS. Ad-Dukhaan, 44:3), Juga (QS.Al-Qadr, 97:1-5), (QS. Al-Baqarah, 2:185).

Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhu berkata : “Allah menurunkan Al-Qur’anul Karim keseluruhannya secara sekaligus dari Lauh Mahfudh ke Baiitul’Izzah (langit pertama) pada malam Lailatul Qadar. Kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW sesuai dengan konteks berbagai peristiwa selama 23 tahun.”

Malam itu dinamakan Lailatul Qadar karena keagungan nilainya dan keutamaannya di sisi Allah SWT. Juga, Karena pada saat itu ditentukan ajal, rizki, dan hal lainnya selama satu tahun, sebagaimana firman Allah SWT :
“ Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad-Dukhaan, 44:4).

Kemudian Allah SWT berfirman mengagungkan kedudukan Lailatul Qadar yang Dia khususkan untuk menurunkan Al-Qur’anul Karim : “Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu?” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 4/429)

Selanjutnya Allah SWT menjelaskan nilai keutamaan Lailatul Qadar dengan firman-Nya : “Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan.”

Maksudnya, beribadah di malam itu dengan ketaatan, shalat,membaca Al-Qur’an, dzikir dan berdoa sama dengan beribadah selama seribu bulan, pada waktu lainnya. Dan seribu bulan sama dengan 83 tahun 4 bulan.

Lalu Allah SWT memberitahukan keutamaannya yang lain, juga berkahnya yang melimpah dengan banyaknya malaikat yang turun di malam itu, termasuk Jibril AS. Mereka turun dengan membawa semua perkara, kebaikan maupun keburukan yang merupakan ketentuan dan takdir Allah. Mereka turun dengan perintah dari Allah. Selanjutnya, Allah menambahkan keutamaan malam tersebut dengan firman-Nya : “ Malam itu (penuh) kesejahteraan hingga terbit fajar” (QS. Al-Qadar, 97:5).

Maksudnya, malam itu adalah malam keselamatan dan kebaikan seluruhnya, tak sedikit pun ada kejelekan di dalamnya, sampai terbit fajar. Di malam itu, para Malaikat termasuk Malaikat Jibril mengucapkan salam kepada orang-orang beriman.

Dalam hadits shahih Rasulullah SAW menyebutkan keutamaan melakukan qiyamul lail di malam tersebut. Beliau bersabda : “Barang siapa melakukan shalat malam pada saat Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” ( Hadits Muttafaq ’Alaih)

Tentang waktunya, Rasulullah SAW bersabda : “Carilah Lailatul Qadar pada (bilangan) ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Al-Bukhari, Muslim dan lainnya).

Yang dimaksud dengan malam-malam ganjil yaitu malam dua puluh satu, dua puluh tiga, dua puluh lima, dua puluh tujuh dan malam dua puluh sembilan.

Adapun Qiyamul lail di dalamnya yaitu menghidupkan malam tersebut dengan tahajud, shalat, membaca Al-Qur’anul Karim, Dzikir, Berdo’a, Istighfar dan Taubat kepada Allah SWT.

Aisyah Radhiallahu ‘anha berkata, aku bertanya : “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku mengetahui Lailatul Qadar, apa yang harus aku ucapkan di dalamnya? “Beliau menjawab, katakanlah : “Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni” ( Ya, Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Engkau mencintai Pengampunan maka ampunilah aku). ( HR. At-Tirmidzi, ia berkata, hadist hasan shahih)

Semoga Bermanfaat!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar