Welcome To My Blog !

Rabu, 31 Maret 2010

10 Cara Mengasah Talenta Anak

Membimbing Si Kecil memang gampang-gampang susah. Bila anak rewel, tentu akan membuat kening Anda berkerut, bukan? Asah talenta sebagai orangtua, dan jangan biarkan stres melanda!

1. Pentingnya Bercanda
Bagi sebagian orang, menjadi orangtua tampaknya mudah. Bermain bersama, merespons kebutuhan anak, mengerti perasaan anak, dan percaya kepada anak. Bagi sebagian lagi, diperlukan usaha lebih. Hal ini wajar saja, dan Anda pun pasti pernah mengalaminya. Anda bisa mengembangkan sifat-sifat lain untuk menjadi orangtua super seperti yang diinginkan.

2. Responsif & Kenali Kebutuhan Anak
Kunci dalam memberikan rasa aman pada anak-anak adalah dengan mengenali dan melengkapi kebutuhannya. Hal ini memang tak selalu mudah. Kebutuhan bayi sudah jelas: makan di saat mereka lapar, mengganti popoknya di saat basah, dan memeluknya di saat ia ingin berada di dekat Anda, dan perlihatkan dunia kepadanya di saat ia ingin tahu soal berbagai hal. Selanjutnya, kebutuhan anak yang lebih besar pasti akan lebih kompleks.

3. Temukan Keseimbangan Emosional
Tak mudah menemukan keseimbangan emosional pada saat Anda sedang diserang rasa marah, frustrasi, gelisah, atau tersinggung. Perasaan-perasaan ini mengganggu keseimbangan Anda, yang sebagai orangtua sudah cukup banyak menerima tantangan, dan harus dihadapi dengan tegar.

4. Mengerti & Empati
Di saat sedang mengamati perilaku Si Kecil lalu menduga kemungkinan perasaan yang ia rasakan, Anda akan berada di posisi yang lebih baik dalam mengembalikan segala hal pada jalurnya, soal bagaimana Anda dapat mengembangkan bakat dalam menyelami perasaan anak, mengerti dari mana asal perilakunya, dan melihat derita di balik masalahnya.

5. Refleksi Sikap Sebagai Orangtua
Untuk merefleksikan sikap sebagai orangtua sebaiknya Anda ‘flash back' atau berpikir mundur dan kembali pada keinginan awal, pada saat mulai menjadi orangtua. Dengan mengingat kembali tentang kehidupan seperti apa yang diinginkan akan dapat membantu Anda untuk menjadi orangtua yang lebih baik.

6. Resolusi: Memutuskan Ingin Jadi Orangtua Seperti Apa
Setiap orang pasti pernah mengalami rasa kehilangan, entah kehilangan orang tua, saudara, atau hilang kepekaan akan rasa aman karena dilecehkan atau ditolak semasa kecil. Anda mungkin tak kehilangan seseorang karena meninggal, tetapi kehilangan cinta dan perhatian dari orang yang dicintai pasti akan sangat sakit, depresi, dan stres. Semua jenis kehilangan bisa berdampak besar pada kemampuan Anda menjadi orangtua yang efektif.

7. Menerima Diri Sendiri & Berhenti Menyalahkan
Membiarkan mengkritik diri sendiri tak berarti mutu Anda sebagai orangtua menjadi hilang di depan anak. Tetapi melakukan segala hal yang itu-itu saja, tak akan membantu Anda dalam membimbing anak. Oleh karena itu, ubah pola asuh yang Anda terapkan! Temukan inoavsi baru yang sekaligus dapat memberi hiburan dan simpati di saat Anda sedang galau saat mengurus anak-anak dan rumahtangga.

8. Hubungan Baik
Pusatkan perhatian pada hubungan Anda dan pasangan agar lebih mudah dalam mendidik dan membimbing anak-anak bersama.

9. Jangan Ragu Minta Bantuan
Jarang ada orangtua mendapatkan dukungan yang cukup, baik secara praktis ataupun emosional, dalam kesenangan maupun keputusasaan. Bagaimana caranya agar Anda mudah mendapatkan dukungan? Lalu, siapa yang mendengar dan memberikan perhatian pada Anda, setelah seharian membimbing dan memerhatikan anak-anak? Jangan ragu, mintalah dukungan dari pasangan hidup Anda!

10. Kepercayaan: Hindari Rasa Khawatir
Lawan dari rasa khawatir bisa jadi rasa percaya, percaya pada perkembangan zaman, percaya dengan kemampuan Anda sebagai orangtua, dan percaya kepada pasangan dan anak-anak. Nikmati hidup dan jalani sesuai dengan kemampuan, tanpa kehilangan masa-masa indah bersama keluarga.

Semoga Bermanfaat !

Kamis, 04 Maret 2010

Riya’ Perusak Amal

Syirik adalah dosa yang paling besar dan mempunyai akibat yang sangat fatal. Syirik bisa membatalkan dan meluluhlantakkan sebagian atau bahkan keseluruhan amal kebaikan seseorang. Betapun tingginya kedudukan seseorang semasa hidup di dunia, namun bila dia selalu berbuat syirik kepada Allah SWT kemudian ia meninggal dunia dalam keadaan belum bertaubat kepada Allah SWT dengan taubat yang sebenar-benarnya maka sungguh dia adalah orang yang merugi dan celaka. Dan diantara bentuk perbuatan syirik itu Riya’. Oleh karena itu, setiap hamba yang menginginkan keselamatan bagi dirinya tentu harus mengenal dosa dan bahaya syirik ini, sehingga dia bisa menjauhinnya dengan sejauh-jauhnya.

Pengertian Riya’

Secara bahasa, Riya’ berasal dari kata ru’yah yang berarti lihatan.
Secara Istilah, Riya’ yaitu seorang hamba melaksanakan ibada yang dapat mendekatkan diri pada Allah SWT, namun tidak menginginkan (balasan dari) Allah SWT melainkan menginginkan dunia. (lihat al-Ikhlas : 94)

Imam Al-Qurtubi berkata : “Hakekat Riya’ ialah menginginkan dunia dalam ibadah, dan asalnya ialah menginginkan kedudukan di hati manusia.” Al-Hafizh Ibnu Hajar menyatakan : “ Riya’ ialah menampakkan ibadah dengan tujuan agar dilihat manusia, lalu mereka memuji pelaku amalan tersebut.

Penyebab Riya’

Sesungguhnya suatu akibat itu tidaklah terjadi kecuali apabila ada sebabnya. Demikian pula Riya’, ia tidak akan terjadi kecuali bila ada sebab-sebabnya. Dan diantara sebab-sebab Riya’ adalah sbb :

1. Lemahnya kadar dan tingkat keimanan kepada Allah SWT.
Iman adalah keyakinan dalam hati, di ikrarkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan. Iman bisa bertambah (menguat) dan bisa juga berkurang (melemah). Iman akan kuat karena melakukan ketaatan dan iman akan lemah jika melakukan kemaksiatan. Oleh karena itu, ketaatan tidak akan terlaksana kecuali karena lemahnya keimanan kepada Allah SWT.

Rosulullah SAW bersabda : “ Tidaklah seorang pezina melakukan perzinaan ketika ia dalam keadaan mukmin (kuat imannya). Dan tidaklah seorang pencuri melakukan pencurian ketika ia dalam keadaan mukmin (kuat imannya). (HR. Al-Bukhori)

Hadits diatas mengisyaratkan bahwa perbuatan zina dan mencuri dilakukan oleh manusia karena lemah imannya. Demikian pula Riya’ tidak akan dilakukan oleh manusia kecuali karena lemah imannya.

2. Kebodohan
Kebodohan adalah sumber segala kejelekan, sedang ilmu adalah sumber segala kebaikan. Tidaklah manusia menjalankan ketaatan kecuali karena dia ber-ilmu. Sebaliknya, tidaklah manusia melakukan kemaksiatan kecuali karena dia bodoh.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata : “ Segala kemaksiatan bersumber pada kebodohan. Seandainya manusia mengetahui ilmu nafi’ (yang bermanfaat) niscaya dia tidak melakukan kemaksiatan. Dan Riya’ termasuk perbuatan maksiat kepada Allah SWT. Oleh karena itu, orang yang berbuat riya’ adalah orang yang bodoh.

Bahaya Riya’

Sungguh Rosulullah SAW merasa sangat khawatir terhadap bahaya riya’ atas umat Islam ini melebihi kekhawatiran Beliau terhadap bahaya Dajjal. Rosulullah SAW bersabda : “ Maukah kalian aku beri tahu sesuatu yang lebih aku takutkan pada kalian daripada Dajjal?” Para Sahabat mengatakan : “ Tentu “. Beliau Bersabda : “Syirik Khofi (yang tersembunyi), yaitu seseorang mengerjakan sholat lalu ia membaguskan sholatnya karena melihat seseorang memandangnya.” (HR. Ibnu Majah) Dan Beliau bersabda : “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan pada diri kalian adalah syirik Asghor (kecil)” Para Sahabat bertanya : “ Apakah syirik kecil itu wahai Rosulullah?” Beliau menjawab : “Riya’.” (HR. Ahmad)

Adapun bahaya riya’ antara lain :
1) Hati Tidak Tenang
Orang yang melakukan amalan karena riya’ hatinya tidak akan pernah merasa tenang. Sebab hatinya senantiasa terbawa oleh orang-orang yang dihadapinya. Manakala orang yang dihadapinya memujinya maka dia senang, dan bila tidak memujinya maka dia susah dan gundah hingga hatinya selalu ter-ombang-ambing oleh manusia yang dihadapinya.

2) Terhapusnya Amalan Yang Terkena Riya’ Tersebut
Tidak diragukan bahwa riya’ ,membatalkan dan menghapus amalan seseorang. Dalam sebuah hadits qudsi Allah SWT berfirman : “ Aku paling kaya, tidak butuh tandingan dan sekutu. Barang siapa beramal menyekutukan-Ku kepada yang lain, maka Aku tinggalkan amalnya dan tandingannya.” (HR. Muslim).

Kiat Mengobati Penyakit Riya’

Mengingat begitu bahayanya penyakit ini maka perlu sekali bagi kita untuk mengetahui kiat (cara) menghindarinya, diantaranya :

a. Membiasakan diri untuk menyembunyikan dan merahasiakan amal ibadah.
Hal ini telah banyak dicontohkan oleh para salaf (pendahulu) kita yang sholih. Mereka berusaha menyembunyikan amalan yang dapat disembunyikan untuk menghindari riya’ dam menjaga/mengawasi hati-hati mereka terhadap amalan-amalan yang tidak mungkin dapat disembunyikan, seperti : Memberi contoh dan pengajaran kepada manusia tentang suatu amalan yang diharapkan dengannya mereka akan mengikuti untuk melakukan amanlan tersebut.

b. Mengetahui dan Mengingat Bahaya Riya’
Termasuk yang dapat menolak riya’ adalah : pengetahuan seseorang bahwa riya’ tidak memberikan manfaat sedikitpun, bahkan menimbulkan banyak madhorot (bahaya) di dunia dan akhirat. Riya’ dapat menyulut kemurkaan dan kemarahan Allah SWT sehingga seseorang yang riya’ akan mendapatkan kerugian di dunia dan akhirat. Apabila hal ini disadari dengan baik maka akan timbul lah rasa takut dan tidak suka terhadap perbuatan tersebut. Apalah artinya pujian dan sanjungan yang didapatkan kalau hanya membuat Allah SWT murka.

c. Berdo’a
Abu Musa Al-Sya’ari berkata : “Pada suatu hari Rosulullah SAW berkhotbah dihadapan kami : ‘Wahai sekalian manusia, takutlah akan syirik ini (riya’) karena ia lebih tersembunyi daripada langkah kaki seekor semut.’ Lalu salah seorang bertanya : “Ya, Rosulullah, bagaimana kita mewaspadainya?’ Beliau menjawab : ‘ Berdo’a lah dengan doa ini : Allahumma innaa na’uudzu bika min an nusyrika bika syaiaan na’lamuhu wanastaghfiruka lima laa na’lamuhu (Ya Allah, Sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari mempersekutukan-Mu dengan sesuatu yang kami ketahui dan kami memohon ampunan kepada-Mu (dari Mempersekutukan-Mu) dengan sesuatu yang tidak kami ketahui).” ( HR. Ahmad)

Oleh karena itu ihlaskanlah seluruh amalmu kepada Rabb-mu dan ikutilah selalu petunjuk Nabimu niscaya engkau akan memperoleh kelapangan dalam hidupmu. Janganlah engkau kotori hatimu dengan riya’ karena ia hanya akan membuat dirimu celaka. Cukup Allah SWT sebagai penolong dan saksi atas amal kebaikanmu.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk dan Ma’unah-Nya kepada kita semua. Amin!

Selasa, 02 Maret 2010

Seni Menerima Kenyataan

Dalam hidup ini, kita mungkin pernah mengalami kekecewaan, akibat Cita-cita, Harapan, atau keinginan yang tidak tercapai. Untungnya, sebagai mukmin, kita telah dibekali dengan sebuah sikap yang jitu untuk menghadapi kegagalan, yaitu rela menerima kenyataan, atau ridho atas ketentuan Allah SWT. Bagaimana ajaran ridho itu dijelaskan?

Makna Ridha

Ridha atau Rela, ialah sikap hati yang puas menerima pemberian Allah SWT. Ridha berarti “Qana’ah” atau “Syukur”. Ridha terutama dkaitkan dengan kenyataan yang tidak mengenakkan. Seperti gagal menjadi Lurah, gagal menjadi anggota Legistatif, atau bahkan gagal menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Dan, biasanya kita sulit untuk menerima (ridha) kenyataan-kenyataan hidup yang pahit itu. Padahal, sebagai mukmin yang beriman kepada ketentuan (takdir) Allah SWT, mau tidak mau kita harus ridha. Sebab, jika kita sampai tidak mau menerima, Allah SWT mempersilahkan kita mencari Tuhan selain Diri-Nya. Dalam sebuah hadits qudsi Allah SWT menyebutkan : Barang siapa yang tidak ridha kepada ketentuan-Ku, tidak sabar terhadap ujian-Ku, dan tidak bersyukur atas nikmat-Ku, maka silahkan mencari Tuhan selain Aku.

Banyak para untad atau da’I selalu mengingatkan kepada kita, bahwa hidup ini memang hanya untuk mencari ridha Allah SWT (ibtigha’a mardhaa-tillah). “ Nah, Hakikatnya itu, Hidup hanuya mencari ridha Allah SWT, Yang baerarti kalau mencari ridha Allah, maka didalam ridha itu ada Syurga, didalam ridha jauh dari Neraka, didalam ridha ada Pahala, didalah ridha ada ampunan dan didalam ridha ada Kemudahan “ Itulah kenapa, selalu ada ridha, walaupun standar keimanan atau standar melakukan kebajikan itu boleh mengharapkan pahala. Mengutip QS. Al-Bayyinah ayat 8 yang menjelaskan balasan syurga And untuk orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berbuat baik. Dan apa yang dijelaskan di dalam QS. Al-Bayyinah ayat 8 itu merupakan standar keimanan, yaitu syurga sebagai pahala atau balasan orang yang beriman dan berbuat baik. Tapi, memang sangat dipersilahkan atau bahkan sangat diarahkan ketika seorang mukmin tidak mengharapkan pahala dari kebaikan yang dilakukannya, maka itulah ridha. Dan inilah hakikatnya Ridha.

Oleh karena itu, menanggapi para caleg yang tidak rela (ridha) atas kekalahannya, seharusnya ia sadar dan mengoreksi dirinya kenapa kok sampai gagal. Memang untuk menanamkan rasa suka kepada manusia yang tidak dikenal itu butuh waktu yang sangat panjang. Pendekatan satu-persatu perlu biaya besar untuk mendekatinya. Apalagi seorang caleg perlu suara terbanyak. “ Jadi, kenapa tidak langsung kampanye ke Allah saja, karena satu suara Allah akan mampu mewakili suara seluruh manusia, sedangkan suara satu juta manusia belum tentu mewakili suara Allah. Jadi, kita tidak repot,makanya kita perlu “mencari ridha Allah” dengan meluruskan niat, karena niat yang lurus akan mendapatkan ridha. Nah, kalau ridha sudah didapat, segala sesuatunya akan hebat.

Untuk bisa ridha, orang harus tulus niatnya. Bila ada caleg yang stress karena tidak terpilih, berarti mereka tidak tulus niatnya. Mereka bisa stress karena ada tendensi yang terlalu duniawi. Jadi, kuncinya ridha adalah Niat harus tulus, atau dengan kata lain “ tidak tendensius “. Dengan demikian, jika manusia sudah tidak tendensiun, maka dia bisa bersikap ridha.

Kenapa Manusia Sulit Ridha ?

Sampai saat ini kenyataannya Manusia memang sulit ridha (menerima kenyataan pahit). Itu memang hal yang sangat manusiawi. Namun tidak akan lagi disebut manusia, jika kekecewaan itu berlanjut, kemudian punya dampak yang buruk bagi dirinya. Sebab ketika seseorang sudah tidak bisa ridha, maka yang terjadi adalah DEPRESI. Apabila depresi yang sudah terjadi pada diri seseorang, maka dia tidak akan mampu memimpin dirinya, apalagi me-mimpin istri, anak, dan keluarganya kepada jalan keselamatan.

Manusia sulit ridha, karena dia tidak mau mendekati orang-orang yang penuh dengan keridhaan. Atau, jauh dari orang yang sudah ketemu pintu ridha. Manusia memang amat membutuhkan petunjuk. Itu berarti manusia harus dekat dengan orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Atau, minimal jangan jauh dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. “Tapi, Al-Qur’an dan As-Sunnah kan perlu dijelaskan oleh orang-orang yang memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah. Perlu sekali kita berteman dengan mereka. Ya, mereka kan orang-orang yang mengerti ‘ilmu hati’. Mereka itu kan orang-orang yang tidak meletakkan kedudukan dan jabatan pada hati. Tidak meletakkan mobil pada hati, tidak meletakkan anak istri pada hati. Kalaupun istri, anaknya, hartanya di dalam hati, Cuma ada di kulit luarnya, tidak di kulit dalam, tidak did aging, karena didaging hati itu hanya Allah.”

Manusia sulit ridha, karena mereka tidak bisa berbaik sangka (Husnudzan) kepada Allah SWT. Manusia lupa bahwa Allah SWT adalah Maha Baik, sehingga kalau mereka ditimpakan sedikit kekurangan saja, mereka sudah teriak-teriak, sudah menganggap Allah pilih kasih. Jadi, Manusia lupa memahami kebaikan Allah. Kalau kita memahami Asmaul Husna, nggak ada yang jelek dari Allah itu. Cuman mereke yang merasa hidupnya sengsara terus itu lupa diri bahwa Allah SWT Maha Berkehendak dan Allah pasti Maha Baik, sehingga yang ditimpakan kepada mereka itu tujuannya untuk kebaikan mereka sendiri. “ Kenapa masih ada orang gagal disini ? “ Sebenarnya kegagalan itu tujuannya biar mereka berfikir mengenai cara lain untuk melanjutkan tujuan hidupnya. Kalau seseorang diberikan sebuah halangan, kemudian langsung DAWN atau putus asa terhadap kehendak Allah tadi, maka dia tidak akan berfikir kreatif, dan itu yang sebagian besar di alami orang. “ Dikasih sulit sedikit sudah Down, padahal tujuan Allah itu supaya otak kita bergerak. Dikasih hambatan itu untuk melatih otak kann…! Yang termasuk tujuan juga adalah biar kita tidak cepat PIKUN. Sekarang kan sudah banyak orang usia 45 sudah pikun. Oleh karena itu supaya hal seperti diatas tidak terjadi, maka semuanya kita mulai dengan pola piker yang baik, yaitu baik sangka kepada Allah SWT, diri sendiri apalagi kepada orang lain dan lingkungan.

Manfaat Ridha

Apa yang akan didapatkan oleh manusia apabila dirinya bisa bersikap ridha ? Seseorang yang tidak mampu menerima kenyataan buruk akan depresi. Dengan ungkapan lain, Sikap tidak mau menerima kenyataan yang sedang dihadapinya akan mengganggu ‘harmonisasi keimanan’ diri seseorang. Atau, spiritualitas dalam hidupnya akan timpang (tidak seimbang). Jika itu yang terjadi, maka ketidakseimbangan itu akan berbahaya. “Maka itulah kenapa kita disuruh ridha, tiada lain supaya tidak stress, karena kalau kita stress berbahaya. Contoh : Ada seorang Caleg yang tidak jadi lalu stress, berarti dia tidak siap, apalagi jadi. Tidak jadinya mereka adalah gambaran dari jadinya dia. Kalau jadi dia akan tidak amanah.

Ridha akan membuat hidup manusia nyaman dan bahagia. Karena, kalau seseorang tidak bisa ikhlas, maka dia tidak akan bahagia. Banyak orang yang sudah kaya raya sekali, tapi hidupnya tidak nyaman. Itu seirng kali karena dia salah mindset-nya. Kadang-kadang penyebabnya sepele, biasanya bisnisnya untung 200 % sekarang hanya untung 30%, kemudian mereka BT (bete), padahal hartanya masih berlimpah. Itulah salah satu contoh seseorang yang tidak ridha.

Seni Menerima Kenyataan

Lantas bagaimana agar kita bisa menerima kenyataan sepahit apapun ?

Ada beberapa tips:
Pertama : Di antaranya, QS. Al-Baqarah ayat 216 : Di wajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. “ Secara sedherhana, kita naik mobil lulu ban kita bocor, kita kecewa, tapi ternyata disitu ada kecelakaan, lalu kita sadar ada hikmahnnya ternyata ban kita kemps, karena bisa jadi kalau nggak kemps kita yang jadi korbannya.” Itulah contoh sedherhana dari sikap ridha.

Untuk bisa ridha seseorang harus melewati : yang pertama, PINTU ISTIGHFAR atau AMPUNAN, kemudian baru PINTU TAWAKAL. “ Sebenarnya, para Caleg itu tidak salah punya modal, tapi ada ‘DUIT’ yang mereka lupakan, bukan duit berupa lembaran, tapi DUIT dalam bentuk makna yaitu : Doa, Usaha, Istiqomah dan Tawakal. Itu yang seharusnya menjadi bekal mereka. Mereka harus Berdoa, kemudian harus Berusaha. Doa dan usaha harus tetap seimbang seperti dua kaki kita kanan dan kiri, setelah itu baru Tawakal.


Kedua : Ada tips yang cukup sedherhana : Yaitu, manusia hendaknya berprinsip bahwa apa pun yang terjadi pasti atas kehendak Allah SWT, dan tujuannya pasti baik pula. “ Gitu aja tipsnya sebenarnya, simple kan..! Jadi apapun yang menimpa kita pasti atas kehendak Allah, dan Allah itu Maha Sempurna, Maha Baik, pasti tujuannya untuk kebaikan. Gitu Aja Kok Repot !

Semoga Bermanfaat !