Syirik adalah dosa yang paling besar dan mempunyai akibat yang sangat fatal. Syirik bisa membatalkan dan meluluhlantakkan sebagian atau bahkan keseluruhan amal kebaikan seseorang. Betapun tingginya kedudukan seseorang semasa hidup di dunia, namun bila dia selalu berbuat syirik kepada Allah SWT kemudian ia meninggal dunia dalam keadaan belum bertaubat kepada Allah SWT dengan taubat yang sebenar-benarnya maka sungguh dia adalah orang yang merugi dan celaka. Dan diantara bentuk perbuatan syirik itu Riya’. Oleh karena itu, setiap hamba yang menginginkan keselamatan bagi dirinya tentu harus mengenal dosa dan bahaya syirik ini, sehingga dia bisa menjauhinnya dengan sejauh-jauhnya.
Pengertian Riya’
Secara bahasa, Riya’ berasal dari kata ru’yah yang berarti lihatan.
Secara Istilah, Riya’ yaitu seorang hamba melaksanakan ibada yang dapat mendekatkan diri pada Allah SWT, namun tidak menginginkan (balasan dari) Allah SWT melainkan menginginkan dunia. (lihat al-Ikhlas : 94)
Imam Al-Qurtubi berkata : “Hakekat Riya’ ialah menginginkan dunia dalam ibadah, dan asalnya ialah menginginkan kedudukan di hati manusia.” Al-Hafizh Ibnu Hajar menyatakan : “ Riya’ ialah menampakkan ibadah dengan tujuan agar dilihat manusia, lalu mereka memuji pelaku amalan tersebut.
Penyebab Riya’
Sesungguhnya suatu akibat itu tidaklah terjadi kecuali apabila ada sebabnya. Demikian pula Riya’, ia tidak akan terjadi kecuali bila ada sebab-sebabnya. Dan diantara sebab-sebab Riya’ adalah sbb :
1. Lemahnya kadar dan tingkat keimanan kepada Allah SWT.
Iman adalah keyakinan dalam hati, di ikrarkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan. Iman bisa bertambah (menguat) dan bisa juga berkurang (melemah). Iman akan kuat karena melakukan ketaatan dan iman akan lemah jika melakukan kemaksiatan. Oleh karena itu, ketaatan tidak akan terlaksana kecuali karena lemahnya keimanan kepada Allah SWT.
Rosulullah SAW bersabda : “ Tidaklah seorang pezina melakukan perzinaan ketika ia dalam keadaan mukmin (kuat imannya). Dan tidaklah seorang pencuri melakukan pencurian ketika ia dalam keadaan mukmin (kuat imannya). (HR. Al-Bukhori)
Hadits diatas mengisyaratkan bahwa perbuatan zina dan mencuri dilakukan oleh manusia karena lemah imannya. Demikian pula Riya’ tidak akan dilakukan oleh manusia kecuali karena lemah imannya.
2. Kebodohan
Kebodohan adalah sumber segala kejelekan, sedang ilmu adalah sumber segala kebaikan. Tidaklah manusia menjalankan ketaatan kecuali karena dia ber-ilmu. Sebaliknya, tidaklah manusia melakukan kemaksiatan kecuali karena dia bodoh.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata : “ Segala kemaksiatan bersumber pada kebodohan. Seandainya manusia mengetahui ilmu nafi’ (yang bermanfaat) niscaya dia tidak melakukan kemaksiatan. Dan Riya’ termasuk perbuatan maksiat kepada Allah SWT. Oleh karena itu, orang yang berbuat riya’ adalah orang yang bodoh.
Bahaya Riya’
Sungguh Rosulullah SAW merasa sangat khawatir terhadap bahaya riya’ atas umat Islam ini melebihi kekhawatiran Beliau terhadap bahaya Dajjal. Rosulullah SAW bersabda : “ Maukah kalian aku beri tahu sesuatu yang lebih aku takutkan pada kalian daripada Dajjal?” Para Sahabat mengatakan : “ Tentu “. Beliau Bersabda : “Syirik Khofi (yang tersembunyi), yaitu seseorang mengerjakan sholat lalu ia membaguskan sholatnya karena melihat seseorang memandangnya.” (HR. Ibnu Majah) Dan Beliau bersabda : “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan pada diri kalian adalah syirik Asghor (kecil)” Para Sahabat bertanya : “ Apakah syirik kecil itu wahai Rosulullah?” Beliau menjawab : “Riya’.” (HR. Ahmad)
Adapun bahaya riya’ antara lain :
1) Hati Tidak Tenang
Orang yang melakukan amalan karena riya’ hatinya tidak akan pernah merasa tenang. Sebab hatinya senantiasa terbawa oleh orang-orang yang dihadapinya. Manakala orang yang dihadapinya memujinya maka dia senang, dan bila tidak memujinya maka dia susah dan gundah hingga hatinya selalu ter-ombang-ambing oleh manusia yang dihadapinya.
2) Terhapusnya Amalan Yang Terkena Riya’ Tersebut
Tidak diragukan bahwa riya’ ,membatalkan dan menghapus amalan seseorang. Dalam sebuah hadits qudsi Allah SWT berfirman : “ Aku paling kaya, tidak butuh tandingan dan sekutu. Barang siapa beramal menyekutukan-Ku kepada yang lain, maka Aku tinggalkan amalnya dan tandingannya.” (HR. Muslim).
Kiat Mengobati Penyakit Riya’
Mengingat begitu bahayanya penyakit ini maka perlu sekali bagi kita untuk mengetahui kiat (cara) menghindarinya, diantaranya :
a. Membiasakan diri untuk menyembunyikan dan merahasiakan amal ibadah.
Hal ini telah banyak dicontohkan oleh para salaf (pendahulu) kita yang sholih. Mereka berusaha menyembunyikan amalan yang dapat disembunyikan untuk menghindari riya’ dam menjaga/mengawasi hati-hati mereka terhadap amalan-amalan yang tidak mungkin dapat disembunyikan, seperti : Memberi contoh dan pengajaran kepada manusia tentang suatu amalan yang diharapkan dengannya mereka akan mengikuti untuk melakukan amanlan tersebut.
b. Mengetahui dan Mengingat Bahaya Riya’
Termasuk yang dapat menolak riya’ adalah : pengetahuan seseorang bahwa riya’ tidak memberikan manfaat sedikitpun, bahkan menimbulkan banyak madhorot (bahaya) di dunia dan akhirat. Riya’ dapat menyulut kemurkaan dan kemarahan Allah SWT sehingga seseorang yang riya’ akan mendapatkan kerugian di dunia dan akhirat. Apabila hal ini disadari dengan baik maka akan timbul lah rasa takut dan tidak suka terhadap perbuatan tersebut. Apalah artinya pujian dan sanjungan yang didapatkan kalau hanya membuat Allah SWT murka.
c. Berdo’a
Abu Musa Al-Sya’ari berkata : “Pada suatu hari Rosulullah SAW berkhotbah dihadapan kami : ‘Wahai sekalian manusia, takutlah akan syirik ini (riya’) karena ia lebih tersembunyi daripada langkah kaki seekor semut.’ Lalu salah seorang bertanya : “Ya, Rosulullah, bagaimana kita mewaspadainya?’ Beliau menjawab : ‘ Berdo’a lah dengan doa ini : Allahumma innaa na’uudzu bika min an nusyrika bika syaiaan na’lamuhu wanastaghfiruka lima laa na’lamuhu (Ya Allah, Sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari mempersekutukan-Mu dengan sesuatu yang kami ketahui dan kami memohon ampunan kepada-Mu (dari Mempersekutukan-Mu) dengan sesuatu yang tidak kami ketahui).” ( HR. Ahmad)
Oleh karena itu ihlaskanlah seluruh amalmu kepada Rabb-mu dan ikutilah selalu petunjuk Nabimu niscaya engkau akan memperoleh kelapangan dalam hidupmu. Janganlah engkau kotori hatimu dengan riya’ karena ia hanya akan membuat dirimu celaka. Cukup Allah SWT sebagai penolong dan saksi atas amal kebaikanmu.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk dan Ma’unah-Nya kepada kita semua. Amin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar