Welcome To My Blog !

Jumat, 21 Desember 2012

MAKSIMALKAN SISA WAKTU DENGAN PAHALA

“Malam berganti Pagi dan Siang berganti Sore, merupakan tanda bahwa waktu terus berjalan. Tanpa kita sadari, hari demi hari kita lewati dalam kehidupan ini. Semua seolah berlalu begitu cepat”.

Masih teringat dalam bayangan kita saat masih kecil, hingga tanpa terasa kita sudah menjadi dewasa. Dan saat kita mulai merayakan ulang tahun, pernahkah terpikir bahwa umur kita semakin pendek?

Pada hakikatnya, waktu merupakan salah satu karunia Allah SWT bagi manusia, karena waktu merupakan hal yang paling berharga yang dimiliki anak Adam. Allah SWT telah menganugerahi waktu 24 jam sehari bagi setiap orang untuk beraktivitas dan beribadah. Namun, apakah kita sudah memanfaatkan waktu kita dengan baik?

Sesungguhnya waktu yang telah berlalu, meskipun satu detik, tidak akan dapat terulang lagi. Begitu pun dengan berbagai kesempatan yang kita miliki. Jika kesempatan ada di pagi hari sudah lewat, maka hilang sudah momentum yang bisa diambil, karena tidak ada yang tahu apakah kita bisa berjumpa lagi esok pagi.

Alangkah beruntungnya orang-orang yang dapat memanfaatkan waktunya dalam kehidupan ini. Sehingga waktunya bernilai menjadi pahala dan kebaikan. Sedangkan orang-orang yang lalai, maka akan menghabiskan waktunya tanpa arti dan manfaat.

Dengan waktu yang telah dimiliki, manusia dapat menjadi beruntung atau bunting (rugi). Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat (Al-‘Ashr, 103:1-3) : “Demi masa.Sesungguhnya manusia dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, mengerjakan amal kebajikan, dan saling berwasiat pada kebenaran dan pada kesabaran”.

Berdasarkan ayat diatas, maka nilai waktu seseorang tergantung dari setiap individu menggunakannya pada jalan yang diridhai Allah SWT. Selain itu, Allah SWT juga telah bersumpah dengan waktu dalam banyak ayat dalam Al-Qur’an. Hal tersebut menunjukkan bahwa betapa tinggi nilai sebuah waktu.

Abu Barzah al-Aslami meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Pada hari kiamat nanti, dua kaki seorang hamba tidak akan bisa melangkah sebelum ia ditanya tentang empat perkara :
  1. Digunakan untuk apa umurnya?
  2. Dihabiskan untuk apa waktu mudanya?
  3. Darimana ia mendapatkan hartanya?
  4. Digunakan untuk apa hartanya tersebut?
(HR. Tirmidzi dan ad-Darmi).

Hadist diatas telah mengingatkan kita bahwa setiap orang akan diminta pertanggungjawabannya terhadap waktu yang telah digunakan. Bagi seorang muslim, waktu dapat bernilai kebaikan jika digunakan untuk beribadah, sehingga menghasilkan pahala. Begitu juga sebailiknya, satu jam dapat menjadi keburukan jika waktu digunakan untuk berbuat hal yang tidak baik, seperti ghibah, mencuri dan sikap tercela lainnya.

Jangan sampai timbul rasa penyesalan pada kita, karena telah melewatkan waktu dan kesempatan yang berharga, disebabkan lalai dalam memanfaatkan waktu yang ada. Maka, berusahalah dengan sekuat tenaga untuk selalu melakukan hal-hal yang dapat memberikan manfaat, baik didunia maupun diakhirat. Karena jika ada waktu yang telah terlewat, maka waktu itu tidak akan pernah kembali selama-lamanya.

Manfaatkan Waktu Luang

Tak dapat dipungkiri, waktu memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Namun pada kenyataannya, banyak kita temui orang yang begitu santai dan menunda pekerjaannya. Padahal, tanpa disadari waktu tersebut akan pergi dan tak dapat diulang kembali.

Contohlah Rasulullah SAW yang selalu memanfaatkan waktu dalam kehidupannya. Siang hari, Rasulullah SAW bekerja menjadi pedagang, pendakwah sekaligus kepala pemerintahan yang sangat amanah. Saat malam hari, Rasulullah SAW tidak terlalu banyak tidur, karena beliau selalu melaksanakan Qiyamul Lail hingga kakinya bengkak. Sungguh, begitu banyak pekerjaan yang dilakukan Rasulullah SAW selama hidupnya, membangun peradaban Islam, berperang dan menolong orang-orang yang lemah hingga namanya dikenang sepanjang masa.

Dalam sebuah hadist riwayat Bukhari, Rasulullah SAW pernah bersabda, agar kita berhati-hati menghadapi kenikmatan. “Ada dua kenikmatan yang membuat banyak orang terpedaya, yakni NIKMAT SEHAT dan WAKTU SENGGANG.” (HR. Al Bukhori)

Para cendikiawan muslim sangat menyadari makna hadist tersebut dengan memanfaatkan waktu luangnya dengan baik. Sebutlah Imam An-Nawawi yang wafat diusia 45 tahun, namun karyanya sangat banyak dan masih dijadikan sumber rujukan oleh umat muslim saat ini.

Selain itu, Abu Bakar Al-Anbari yang setiap pecan membaca sebanyak 10.000 lembar. Ada pula Ibnu Aqil yang menulis kitab paling spektakuler, yaitu Kitab Al-Funun. Kitab yang memuat beragam ilmu hingga Ibnu Rajab, dan sebagian orang mengatakan  bahwa kitab tersebut mencapai 800 jilid. Dan masih banyak lagi contoh luar biasa lainnya yang dapat memanfaatkan waktu luang.

Terus Berbuat Baik

Jika bercermin pada generasi salafus salih dan cendikiawan muslim yang dapat menghasilkan karya-karya besar, maka mengapa tidak semua orang dapat menghasilkan karya sama seperti mereka? Padahal semua manusia memiliki waktu yang sama, yaitu 24 jam dalam sehari. Namun, hasil tiap individu per hari dapat berbeda. Hal tersebut dikarenakan tergantung dari tiap orang memanfaatkan waktunya.

Nah, diakhir penghujung tahun ini, ada baiknya kita mulai mengatur waktu. Bila pada tahun ini kita sudah merasa mendapatkan hasil yang baik, maka jangan cepat puas. Karena bisa jadi, jika kita memanfaatkan waktu luang dengan baik maka hasilnya akan lebih baik lagi.

Sesungguhnya kehidupan didunia ini sangatlah singkat, hingga sebagai seorang Hamba Allah SWT, kita harus mempersiapkan bekal untuk diakhirat. Maka, sudah sepantasnya seorang muslim memaksimalkan waktu yang mereka miliki dengan terus berbuat kebaikan, agar tak ada penyesalan dalam hidup ini.  Dengban demikian, jika seorang muslim mengisi waktunya dengan ibadah dan perbuatan baik, maka pahala pun akan senantiasa mengalir dalam hidupnya. Wallahu a’lam bisshowab (npd)


“Pada hari kiamat nanti, dua kaki seorang hamba tidak akan bisa melangkah sebelum ia ditanya tentang empat perkara :
Ø  Digunakan untuk apa umurnya?
Ø  Dihabiskan untuk apa waktu mudanya?
Ø  Darimana ia mendapatkan hartanya?
Ø  Digunakan untuk apa hartanya tersebut?
(HR. Tirmidzi dan ad-Darmi).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar