Welcome To My Blog !

Selasa, 02 Maret 2010

Seni Menerima Kenyataan

Dalam hidup ini, kita mungkin pernah mengalami kekecewaan, akibat Cita-cita, Harapan, atau keinginan yang tidak tercapai. Untungnya, sebagai mukmin, kita telah dibekali dengan sebuah sikap yang jitu untuk menghadapi kegagalan, yaitu rela menerima kenyataan, atau ridho atas ketentuan Allah SWT. Bagaimana ajaran ridho itu dijelaskan?

Makna Ridha

Ridha atau Rela, ialah sikap hati yang puas menerima pemberian Allah SWT. Ridha berarti “Qana’ah” atau “Syukur”. Ridha terutama dkaitkan dengan kenyataan yang tidak mengenakkan. Seperti gagal menjadi Lurah, gagal menjadi anggota Legistatif, atau bahkan gagal menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Dan, biasanya kita sulit untuk menerima (ridha) kenyataan-kenyataan hidup yang pahit itu. Padahal, sebagai mukmin yang beriman kepada ketentuan (takdir) Allah SWT, mau tidak mau kita harus ridha. Sebab, jika kita sampai tidak mau menerima, Allah SWT mempersilahkan kita mencari Tuhan selain Diri-Nya. Dalam sebuah hadits qudsi Allah SWT menyebutkan : Barang siapa yang tidak ridha kepada ketentuan-Ku, tidak sabar terhadap ujian-Ku, dan tidak bersyukur atas nikmat-Ku, maka silahkan mencari Tuhan selain Aku.

Banyak para untad atau da’I selalu mengingatkan kepada kita, bahwa hidup ini memang hanya untuk mencari ridha Allah SWT (ibtigha’a mardhaa-tillah). “ Nah, Hakikatnya itu, Hidup hanuya mencari ridha Allah SWT, Yang baerarti kalau mencari ridha Allah, maka didalam ridha itu ada Syurga, didalam ridha jauh dari Neraka, didalam ridha ada Pahala, didalah ridha ada ampunan dan didalam ridha ada Kemudahan “ Itulah kenapa, selalu ada ridha, walaupun standar keimanan atau standar melakukan kebajikan itu boleh mengharapkan pahala. Mengutip QS. Al-Bayyinah ayat 8 yang menjelaskan balasan syurga And untuk orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berbuat baik. Dan apa yang dijelaskan di dalam QS. Al-Bayyinah ayat 8 itu merupakan standar keimanan, yaitu syurga sebagai pahala atau balasan orang yang beriman dan berbuat baik. Tapi, memang sangat dipersilahkan atau bahkan sangat diarahkan ketika seorang mukmin tidak mengharapkan pahala dari kebaikan yang dilakukannya, maka itulah ridha. Dan inilah hakikatnya Ridha.

Oleh karena itu, menanggapi para caleg yang tidak rela (ridha) atas kekalahannya, seharusnya ia sadar dan mengoreksi dirinya kenapa kok sampai gagal. Memang untuk menanamkan rasa suka kepada manusia yang tidak dikenal itu butuh waktu yang sangat panjang. Pendekatan satu-persatu perlu biaya besar untuk mendekatinya. Apalagi seorang caleg perlu suara terbanyak. “ Jadi, kenapa tidak langsung kampanye ke Allah saja, karena satu suara Allah akan mampu mewakili suara seluruh manusia, sedangkan suara satu juta manusia belum tentu mewakili suara Allah. Jadi, kita tidak repot,makanya kita perlu “mencari ridha Allah” dengan meluruskan niat, karena niat yang lurus akan mendapatkan ridha. Nah, kalau ridha sudah didapat, segala sesuatunya akan hebat.

Untuk bisa ridha, orang harus tulus niatnya. Bila ada caleg yang stress karena tidak terpilih, berarti mereka tidak tulus niatnya. Mereka bisa stress karena ada tendensi yang terlalu duniawi. Jadi, kuncinya ridha adalah Niat harus tulus, atau dengan kata lain “ tidak tendensius “. Dengan demikian, jika manusia sudah tidak tendensiun, maka dia bisa bersikap ridha.

Kenapa Manusia Sulit Ridha ?

Sampai saat ini kenyataannya Manusia memang sulit ridha (menerima kenyataan pahit). Itu memang hal yang sangat manusiawi. Namun tidak akan lagi disebut manusia, jika kekecewaan itu berlanjut, kemudian punya dampak yang buruk bagi dirinya. Sebab ketika seseorang sudah tidak bisa ridha, maka yang terjadi adalah DEPRESI. Apabila depresi yang sudah terjadi pada diri seseorang, maka dia tidak akan mampu memimpin dirinya, apalagi me-mimpin istri, anak, dan keluarganya kepada jalan keselamatan.

Manusia sulit ridha, karena dia tidak mau mendekati orang-orang yang penuh dengan keridhaan. Atau, jauh dari orang yang sudah ketemu pintu ridha. Manusia memang amat membutuhkan petunjuk. Itu berarti manusia harus dekat dengan orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Atau, minimal jangan jauh dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. “Tapi, Al-Qur’an dan As-Sunnah kan perlu dijelaskan oleh orang-orang yang memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah. Perlu sekali kita berteman dengan mereka. Ya, mereka kan orang-orang yang mengerti ‘ilmu hati’. Mereka itu kan orang-orang yang tidak meletakkan kedudukan dan jabatan pada hati. Tidak meletakkan mobil pada hati, tidak meletakkan anak istri pada hati. Kalaupun istri, anaknya, hartanya di dalam hati, Cuma ada di kulit luarnya, tidak di kulit dalam, tidak did aging, karena didaging hati itu hanya Allah.”

Manusia sulit ridha, karena mereka tidak bisa berbaik sangka (Husnudzan) kepada Allah SWT. Manusia lupa bahwa Allah SWT adalah Maha Baik, sehingga kalau mereka ditimpakan sedikit kekurangan saja, mereka sudah teriak-teriak, sudah menganggap Allah pilih kasih. Jadi, Manusia lupa memahami kebaikan Allah. Kalau kita memahami Asmaul Husna, nggak ada yang jelek dari Allah itu. Cuman mereke yang merasa hidupnya sengsara terus itu lupa diri bahwa Allah SWT Maha Berkehendak dan Allah pasti Maha Baik, sehingga yang ditimpakan kepada mereka itu tujuannya untuk kebaikan mereka sendiri. “ Kenapa masih ada orang gagal disini ? “ Sebenarnya kegagalan itu tujuannya biar mereka berfikir mengenai cara lain untuk melanjutkan tujuan hidupnya. Kalau seseorang diberikan sebuah halangan, kemudian langsung DAWN atau putus asa terhadap kehendak Allah tadi, maka dia tidak akan berfikir kreatif, dan itu yang sebagian besar di alami orang. “ Dikasih sulit sedikit sudah Down, padahal tujuan Allah itu supaya otak kita bergerak. Dikasih hambatan itu untuk melatih otak kann…! Yang termasuk tujuan juga adalah biar kita tidak cepat PIKUN. Sekarang kan sudah banyak orang usia 45 sudah pikun. Oleh karena itu supaya hal seperti diatas tidak terjadi, maka semuanya kita mulai dengan pola piker yang baik, yaitu baik sangka kepada Allah SWT, diri sendiri apalagi kepada orang lain dan lingkungan.

Manfaat Ridha

Apa yang akan didapatkan oleh manusia apabila dirinya bisa bersikap ridha ? Seseorang yang tidak mampu menerima kenyataan buruk akan depresi. Dengan ungkapan lain, Sikap tidak mau menerima kenyataan yang sedang dihadapinya akan mengganggu ‘harmonisasi keimanan’ diri seseorang. Atau, spiritualitas dalam hidupnya akan timpang (tidak seimbang). Jika itu yang terjadi, maka ketidakseimbangan itu akan berbahaya. “Maka itulah kenapa kita disuruh ridha, tiada lain supaya tidak stress, karena kalau kita stress berbahaya. Contoh : Ada seorang Caleg yang tidak jadi lalu stress, berarti dia tidak siap, apalagi jadi. Tidak jadinya mereka adalah gambaran dari jadinya dia. Kalau jadi dia akan tidak amanah.

Ridha akan membuat hidup manusia nyaman dan bahagia. Karena, kalau seseorang tidak bisa ikhlas, maka dia tidak akan bahagia. Banyak orang yang sudah kaya raya sekali, tapi hidupnya tidak nyaman. Itu seirng kali karena dia salah mindset-nya. Kadang-kadang penyebabnya sepele, biasanya bisnisnya untung 200 % sekarang hanya untung 30%, kemudian mereka BT (bete), padahal hartanya masih berlimpah. Itulah salah satu contoh seseorang yang tidak ridha.

Seni Menerima Kenyataan

Lantas bagaimana agar kita bisa menerima kenyataan sepahit apapun ?

Ada beberapa tips:
Pertama : Di antaranya, QS. Al-Baqarah ayat 216 : Di wajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. “ Secara sedherhana, kita naik mobil lulu ban kita bocor, kita kecewa, tapi ternyata disitu ada kecelakaan, lalu kita sadar ada hikmahnnya ternyata ban kita kemps, karena bisa jadi kalau nggak kemps kita yang jadi korbannya.” Itulah contoh sedherhana dari sikap ridha.

Untuk bisa ridha seseorang harus melewati : yang pertama, PINTU ISTIGHFAR atau AMPUNAN, kemudian baru PINTU TAWAKAL. “ Sebenarnya, para Caleg itu tidak salah punya modal, tapi ada ‘DUIT’ yang mereka lupakan, bukan duit berupa lembaran, tapi DUIT dalam bentuk makna yaitu : Doa, Usaha, Istiqomah dan Tawakal. Itu yang seharusnya menjadi bekal mereka. Mereka harus Berdoa, kemudian harus Berusaha. Doa dan usaha harus tetap seimbang seperti dua kaki kita kanan dan kiri, setelah itu baru Tawakal.


Kedua : Ada tips yang cukup sedherhana : Yaitu, manusia hendaknya berprinsip bahwa apa pun yang terjadi pasti atas kehendak Allah SWT, dan tujuannya pasti baik pula. “ Gitu aja tipsnya sebenarnya, simple kan..! Jadi apapun yang menimpa kita pasti atas kehendak Allah, dan Allah itu Maha Sempurna, Maha Baik, pasti tujuannya untuk kebaikan. Gitu Aja Kok Repot !

Semoga Bermanfaat !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar